Pages

image

Pembelajaran Sains dalam Pendekatan Tematik, Pendekatan Terpadu dan Pendekatan Terhubung

Oleh: mobintakusuma
 
Apa itu sains?

Ilmu pengetahuan alam atau Sains (science) diambil dari kata latin ”Scientia" yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. "Real Science is both product and process, inseparably Joint"  (http://www.elearning- jogja.org/mod/resource/view.php?id=2589)
Pembelajaran Tematik di jenjang Sekolah Dasar
Model pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran yang pengembangannya dimulai dengan menentukan topik tertentu sebagai tema atau topik sentral, setelah tema ditetapkan maka selanjutnya tema itu dijadikan dasar untuk menentukan dasar sub-sub tema dari bidang studi lain yang terkait (Fogarty dalam Hesty: 2008). Penentuan tema dapat dilakukan oleh guru melalui tema konseptual yang cukup umum tetapi produktif. Dapat pula ditetapkan dengan negosiasi antara guru dengan siswa, atau dengan cara diskusi sesama siswa. Alwasilah dalam Hesty (2008) menyebutkan bahwa tema dapat diambil dari konsep atau pokok bahasan yang ada disekitar lingkungan siswa, karena itu tema dapat dikembangkan berdasarkan minat dan kebutuhan siswa yang bergerak dari lingkungan terdekat siswa dan selanjutnya beranjak ke lingkungan terjauh siswa.

Landasan pengembangan pembelajaran tematik secara psikologis adalah merunut pada teori belajar gestalt. Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang berarti ’whole configuration’ atau bentuk yang utuh, pola, kesatuan dan keseluruhan. Teori ini memandang kejiwaan manusia terikat pada pengamatan yang berwujud pada bentuk menyeluruh. Menurut teori belajar ini seorang belajar jika ia mendapat ”insight”. Insight itu diperoleh bila ia melihat hubungan tertentu antara berbagai unsur dalam situasi itu, sehingga hubungan itu menjadi jelas baginya dan demikian memecahkan masalah itu (Nasution, 2004; Slameto, 2003 dalam Hesty; 2008).

Perkembangan otak anak sangat dipengaruhi oleh rangsangan dari orang-orang di sekitarnya, termasuk guru dan teman-teman di sekolah. Rangsangan yang tepat akan meningkatkan jumlah syaraf yang akan saling menyambung dengan cepat. Oleh karena itu pendidikan awal di kelas 1, 2, dan 3, perlu memperhatikan faktor tersebut agar syaraf pada otak menyambung secara maksimal. Menurut Piaget, tokoh psikologi perkembangan dan sekaligus tokoh konstruktivisme menyatakan bahwa anak-anak yang berusia sekitar 10 tahun baru mampu berpikir kongrit, belum mampu berpikir abstrak, sehingga layanan pendidikan bagi peserta didik di kelas 1, 2, dan 3 harus mempertimbangkan faktor tersebut sebagai dasar untuk menguasai kompetensi dasar di kelas selanjutnya, yang sudah menggunakan berpikir abstrak.


Pembelajaran Terpadu di jenjang SMP

Model pembelajaran terpadu ini menggunakan pendekatan antar mata pelajaran. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan beberapa mata pelajaran yaitu dengan menetapkan prioritas dari kurikulum dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa mata pelajaran (Fogarty dalam Sukayati : 2004). Model pembelajaran ini dapat diterapkan di jenjang SMP dengan landasan bahwa psikologi anak jenjang SMP tidak lagi berpikir secara konkrit saja melainkan sudah semi abstrak, sehingga keterpaduan mata pelajaran dapat menjadikan mereka mengolah informasi secara konkrit dengan pemikiran semi abstrak konstruktif.


Pembelajaran Terhubung di jenjang SMA

Pembelajaran Terhubung (Relation Learning) merupakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berdasarkan subjek mata pelajaran (Biologi, Fisika, Kimia) secara terpisah tetapi siswa tetap diberikan kesempatan untuk mengaitkan informasi yang didapat dari 3 subjek mata pelajaran tersebut. Relation Learning dapat diajarkan di jenjang SMA dengan pandangan bahwa siswa SMA dapat mempelajari sesuatu yang lebih abstrak dengan pemikiran tingkat tinggi disertai analisis yang tajam. Dengan model ini siswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif sehingga dapat menyusun dan memahami informasi yang ‘terserak’ disekitar mereka untuk digabungkan dalam tatanan informasi yang mudah dipahami dan memiliki makna berarti bagi kehidupan mereka di masa mendatang.


Referensi

Hesty. 2008. Implementasi Model Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Kemampuan Dasar Siswa di Sekolah Dasar. Makalah. Bangka Belitung : LPMP Kep. Bangka Belitung

Sukayati. 2004. Pembelajaraan Tematik di SD Merupakan Terapan  dari  Pembelajaran Terpadu. Makalah disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang PPPG Matematika Yogyakarta.

http://www.elearning- jogja.org/mod/resource/view.php?id=2589


**This article also posted at http://readthinkwriteact.blogspot.com/
by http://www.klikedukasi.com/2011/01/pembelajaran-sains-dalam-pendekatan.html

Kelebihan Pembelajaran Tematik

Oleh; Mhd. Effendi, S.Sos.I
Seorang guru perlu mengetahui keuntungan dan kelebihan dari pembelajaran yang dipilih. Harapannya agar dapat dijadikan sebagai modal atau motivasi dalam penerapan pembelajaran tematik yang akan dilakukan. Adapun kelebihan pembelajaran tematik sebagai berikut :
  1. Siswa mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.
  2. Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan pengembangan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama.
  3. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
  4. Kompetensi bahasa lebih dikembangkan secara lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran yang lain dengan pengalaman pribadi anak.
  5. Anak lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas.
  6. Anak lebih bergairah belajar karena mereka bisa berkomunikasi dalam situasi yang nyata, misalnya: bercerita, menulis deskripsi, menulis surat dan sebagainya dalam rangka mengembangkan keterampilan berbahasa sekaligus untuk mempelajari mata pelajaran lain.
  7. Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 remedial, pemantapan atau pengayaan.
  8. Belajar siswa lebih realistis, karena tema yang dipilih sesuai dengan kontekstual lingkungan siswa dan aktual.
  9. Merupakan sarana yang efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan melakukan diskusi dan kerja sama antar guru lintas bidang studi, bahkan siswa serta orang tua.
  10. Melatih kepekaan siswa dan guru terhadap fenomena yang terjadi di sekitar anak.
Baca juga Prinsip-Prinsip Pembelajaran Tematik

by http://fenditungkal.com/?page_id=384

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran tematik


Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembelajaran tematik, yaitu:
1.      Pembelajaran tematik dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan utuh.
2.      Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik  perlu mempertimbangkan alokasi waktu untuk setiap topik, banyak sedikitnya bahan yang tersedia di lingkungan.
3.      Pilihlah tema yang terdekat dengan siswa.
4.      Lebih mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai dari pada tema.

Keunggulan dan kekurangan Pembelajaran Tematik
Pelaksanaan pembelajaran tematik memiliki beberapa keuntungan dan juga kelemahan yang diperolehnya. Keuntungan yang dimaksud yaitu:
1.      Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa
2.      Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa.
3.      Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna.
4.      Menumbuhkan keterampilan sosial, seperti bekerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Pembelajaran tematik di samping memiliki beberapa keuntungan sebagaimana dipaparkan di atas, juga terdapat beberapa kekurangan yang diperolehnya. Kekurangan yang ditimbulkannya yaitu:
1.      Guru dituntut memiliki keterampilan yang tinggi 
2.      Tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran secara tepat.

Implementasi Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar

Pembelajaran tematik di sekolah dasar (SD) merupakan suatu hal yang relatif baru,  sehingga dalam  implementasinya belum sebagaimana yang diharapkan. Masih banyak guru yang merasa sulit dalam melaksanakan pembelajaran tematik ini. Hal ini terjadi antara lain karena guru belum mendapat pelatihan secara intensif  tentang pembelajaran tematik ini. Disamping itu juga guru masih sulit meninggalkan  kebiasan kegiatan pembelajaran yang penyajiannya berdasarkan mata pelajaran/bidang studi.
Pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar pada saat ini  difokuskan pada kelas-kelas bawah (kelas 1 dan 2) atau kelas yang anak-anaknya masih tergolong pada anak usia dini, walaupun sebenarnya pendekatan pembelajaran tematik ini bisa dilakukan di semua kelas sekolah dasar.
Pembelajaran tematik dilakukan dengan beberapa tahapan-tahapan seperti penyusunan perencanaan, penerapan, dan evaluasi/refleksi. tahap-tahap ini secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut:

1.      Perencanaan
Mengingat perencanaan sangat menentukan keberhasilan suatu pembelajaran tematik, maka perencanaan yang dibuat dalam rangka pelaksanaan pembelajaran tematik harus sebaik mungkin Oleh karena itu ada beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam merancang pembelajan tematik ini yaitu: 1) Pelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dari setiap mata pelajaran, 2) Pilihlah tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi  untuk setiap kelas dan semester, 3) Buatlah ”matriks hubungan kompetensi dasar dengan tema”, 4) Buatlah pemetaan pembelajaran tematik. Pemetaan ini dapat dapat dibuat dalam bentuk matriks atau jareingan topik, 5) Susunlah silabus dan rencana pembelajaran berdasarkan matriks/jaringan topik pembelajaran tematik 

2.      Penerapan pembelajaran tematik
Pada tahap ini intinya guru melaksanakan rencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Pembelajaran tematik ini akan dapat diterapkan dan dilaksanakan dengan baik perlu didukung laboratorium yang memadai. Laboratorium yang memadai  tentunya berisi berbagai sumber belajar yang dibutuhkan bagi pembelajaran di sekolah dasar. Dengan tersedianya laboratorium yang memadai tersebut maka guru ketika menyelenggarakan pembelajaran tematik akan dengan mudah memanfaatkan sumber belajar yang ada di laboratorium tersebut, baik dengan cara membawa sumber belajar ke dalam kelas maupun mengajak siswa ke ruang laboratorium yang  terpisah dari ruang kelasnya.

3.   Evaluasi Pembelajaran Tematik
  1.  Evaluasi pembelajaran tematik difokuskan pada evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses diarahkan pada tingkat keterlibatan, minat dan semangat siswa dalam proses pembelajaran, sedangkan evaluasi hasil lebih diarahkan pada tingkat pemahaman dan penyikapan siswa terhadap substansi materi dan manfaatnya bagi kehidupan siswa sehari-hari. Disamping itu evaluasi juga dapat berupa kumpulan karya siswa selama kegiatan pembelajaran yang bisa ditampilkan dalam suatu paparan/pameran karya siswa.
 Instrumen yang dapat digunakan untuk mengungkap pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dapat digunakan tes hasil belajar. dan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa melakukan suatu tugas dapat berupa tes perbuatan atau keterampilan dan untuk mengungkap sikap siswa terhadap materi pelajaran dapat berupa wawancara, atau dialog secara informal.
Disamping itu instrumen yang dikembangkan dalam pembelajaran tematik dapat berupa: kuis, pertanyaan lisan, ulangan harian, ulangan blok, dan tugas individu atau kelompok, dan lembar observasi.

Kenapa Harus Tematik ?

Perbincangan masalah Pembelajaran Tematik mungkin sudah basi, karena tematik sudah diperbincangkan dan di uji cobakan disekolah – sekolah dasar terutama kelas 1 – 3 sejak beberapa tahun yang lalu.berbagai seminar,sosialisasi pun kerap kali diadakan. Hasilnya ada beberapa sekolah yang mencoba dan dapat menerapkanya dengan hasil memuaskan, ada pula sekolah yang mencoba akan tetapi tidak berhasil alias gagal sehingga tidak lagi menggunakannya lagi sehingga mereka banting setir kembali menggunakan pembelajaran klasikal seperti tempo dulu.yang lebih tragis lagi banyak sekolah yang tidak pernah mencobanya meskipun kepala sekolah maupun gurunya hampir setiap tahun diberi pengarahan atau bimbingan oleh UPTD Dikpora atau Diknas kabupaten, pendais kemenag dll.

Sepengetahuan penulis dikabupaten Tegal Sendiri belum ada satu sekolahpun yang ideal dapat dijadikan contoh penerapan pembelajaran Tematik, entah di kabupaten lain.ini semua yang salah siapa? mengapa begitu sulitnya menerapkan pembelajaran Tematik dikelas - kelas.apakah pemerintahnya yang memaksakan diri kepada sekolah –sekolah untuk dapat menerapkan Tematik di sekolahnya masing – masing ? atau salah sekolah / gurunya yang tidak siap menjalankanya.yang jelas kita bisa bertanya pada diri kita sendiri sebagai seorang pendidik.

Tematik sebagaimana di uraikan Balitbang Depdiknas merupakan salah satu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa.keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses, aspek waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar.pembelajaran tematik hanya diajarkan pada siswa sekolah dasar kelas 1 – 3 dengan alasan pada usia anak kelas 1 – 3 biasanya melihat segala sesuatu sebagai satu kesatuan yang utuh (holistik) belum bisa memilah – milah secara detail, meskipun hemat penulis, tematik juga dapat digunakan di kelas – kelas atas bahkan SMA sekalipun.

Pembelajaran Tematik memiliki ciri – ciri sebagai berikut : berpusat pada siswa, memberikan pengalaman langsung pada siswa, pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, menjadikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pemebelajaran, bersifat fleksibel, hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai minat dan kebutuhan siswa (Pusat Kuikulum, Balitbang Depdiknas:2002)

Adapun manfaat dari pembelajaran tematik antara lain proses belajar sesuai dengan tingkat dan kebutuhan siswa,menyenangkan karena didasar dari keinginan siswa, hasil belajar akan lebih terkesan dan bermakna dan dapat menumbuhkan ketrampilan sosial, belajar bertoleransi dan belajar berkomunikasi dengan baik.

Dengan penjelasan diatas, jelaslah sudah bahwa pembelajaran tematik seharusnya menjadi fardu ain (kewajiban) bagi guru khususnya kelas 1-3 untuk menerapkanya dikelas – kelas. Meskipun dengan resiko kita merubah strategi pembelajaran kita selama ini yang klasikal, sedikit bersusah payah membuat RPP Tematik,silabus, Jaring Tema dan mempersiapkan sumber belajar yang dibutuhkan.akan tetapi hasilnya akan optimal sehingga kita tidak lagi bercuap – cuap dari jam pertama sampai jam terakhir untuk menerangkan pelajaran karena siswalah yang lebih aktiv dalam belajar.kita juga tidak harus berimajinasi dalam menerangkan pelajaran agar siswanya paham, karena siswa belajar dengan kenyataan yang ada didepanya.kita juga tidak merasa prihatin lagi setiap tahun melihat banyak siswa – siswi kelas 1 – 3 tinggal kelas, karena tentunya mereka akan lebih siap untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi, mereka sudah belajar dengan Pembelajaran yang berkesan dan bermakna sehingga lebih lama dalam ingatan.

Latar Belakang Tematik

Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (berpikir holistik) dan memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkret dan pengalaman yang dialami secara langsung.

Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas I - III untuk setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah, misalnya IPA 2 jam pelajaran, IPS 2 jam pelajaran, dan Bahasa Indonesia 2 jam pelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara murni mata pelajaran yaitu hanya mempelajari materi yang berhubungan dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (berpikir holistik), pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik.

Selain itu, dengan pelaksanaan pembelajaran yang terpisah, muncul permasalahan pada kelas rendah (I-III) antara lain adalah tingginya angka mengulang kelas dan putus sekolah. Angka mengulang kelas dan angka putus sekolah peserta didik kelas I SD jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang lain. Data tahun 1999/2000 memperlihatkan bahwa angka mengulang kelas satu sebesar 11,6% sementara pada kelas dua 7,51%, kelas tiga 6,13%, kelas empat 4,64%, kelas lima 3,1%, dan kelas enam 0,37%. Pada tahun yang sama angka putus sekolah kelas satu sebesar 4,22%, masih jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas dua 0,83%, kelas tiga 2,27%, kelas empat 2,71%, kelas lima 3,79%, dan kelas enam 1,78%.

Angka nasional tersebut semakin memprihatinkan jika dilihat dari data di masing-masing propinsi terutama yang hanya memiliki sedikit taman kanak-kanak. Hal itu terjadi terutama di daerah terpencil. Pada saat ini hanya sedikit peserta didik kelas satu sekolah dasar yang mengikuti pendidikan prasekolah sebelumnya. Tahun 1999/2000 tercatat hanya 12,61% atau 1.583.467 peserta didik usia 4-6 tahun yang masuk taman Kanak-kanak, dan kurang dari 5 % peserta didik berada pada pendidikan prasekolah lain.

Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa kesiapan sekolah sebagian besar peserta didik kelas awal sekolah dasar di Indonesia cukup rendah. Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik yang telah masuk taman kanak-kanak memiliki kesiapan bersekolah lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang tidak mengikuti pendidikan taman kanak-kanak. Selain itu, perbedaan pendekatan, model, dan prinsip-prinsip pembelajaran antara kelas awal sekolah dasar dengan pendidikan pra-sekolah dapat juga menyebabkan peserta didik yang telah mengikuti pendidikan pra-sekolah pun dapat saja mengulang kelas atau bahkan putus sekolah.

Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar Isi yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran pada kelas awal sekolah dasar yakni kelas satu, dua, dan tiga lebih sesuai jika dikelola dalam pembelajaran terpadu melalui pendekatan pembelajaran tematik. Untuk memberikan gambaran tentang pembelajaran tematik yang dapat menjadi acuan dan contoh konkret, disiapkan model pelaksanaan pembelajaran tematik untuk SD/MI kelas I hingga kelas III.

by http://edukasi.kompasiana.com/2010/10/09/model-pembelajaran-tematik-pembelajaran-terpadu-%E2%80%93-latar-belakang-mengapa-disarankan-untuk-digunakan-di-sd-dan-mi/ --->Rahman Hidayat

Karakteristik Tematik


Oleh : Asep Herry Hernawan  
Staf Dosen Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia 

Pengertian Pembelajaran Tematik.
Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik sebagai pemadu bahan dan kegiatan pembelajaran. Pendekan ini dimulai dengan menentukan tema, yang kemudian dikembangkan menjadi sub-tema dengan memperhatikan keterkaitannya dengan mata pelajaran yang terkait. Dalam hubungan ini, tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran, baik dalam mata pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran. Menurut Robin Fogarty (1991) model ini disebut model webbed yang merupakan model yang paling populer dalam pembelajaran terpadu.
Pembelajaran tematik banyak dipengaruhi oleh eksplorasi topik yang ada didalam kurikulum sehingga siswa dapat belajar menghubungkan proses dan isi pembelajaran secara lintas disiplin dalam waktu yang bersamaan. Pembelajaran tematik sebagai suatu konsep dapat diartikan sebagai pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik ini, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.
  
Fokus perhatian pembelajaran tematik terletak pada proses yang ditempuh siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk kompetensi yang harus dikembangkannya. Berdasarkan hal tersebut, maka pengertian pembelajaran tematik dapat dilihat sebagai:  
1. Pembelajaran yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian (center of interest) yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain, baik yang berasal dari mata pelajaran yang bersangkutan maupun dari matapelajaran lainnya;
2. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai mata pelajaran yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak;  
3. Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara serempak (simultan);
4. Merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa mata pelajaran yang berbeda, dengan harapan siswa akan belajar dengan lebih baik dan bermakna.
   
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu topik atau tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama-sama dengan siswa. Tujuan dari tema ini bukan hanya untuk menguasai konsep-konsep mata pelajaran, akan tetapi konsep-konsep dari mata pelajaran terkait dijadikan sebagai alat dan wahana untuk mempelajari dan menjelajahi topik atau tema tersebut. Jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional, maka pembelajaran tematik tampaknya lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar atau mengarahkan siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan. Pendekatan pembelajaran tematik ini lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). 
 
Karakteristik Pembelajaran Tematik  
Penerapan pendekatan pembelajaran tematik di sekolah dasar bisa disebut sebagai suatu upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan, terutama dalam rangka mengimbangi gejala penjejalan isi kurikulum yang sering terjadi dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah-sekolah kita. Penjejalan isi kurikulum tersebut dikhawatirkan akan mengganggu perkembangan anak, karena terlalu banyak menuntut anak untuk mengerjakan aktivitas atau tugas-tugas yang melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka. Dengan demikian, anak kehilangan sesuatu yang seharusnya bisa mereka kerjakan. Jika dalam proses pembelajaran, anak hanya merespon segalanya dari guru, maka mereka akan kehilangan pengalaman pembelajaran yang alamiah dan langsung (direct experiences).
Pengalaman-pengalaman sensorik yang membentuk dasar kemampuan pembelajaran abstrak siswa menjadi tidak tersentuh, padahal hal tersebut merupakan karakteristik utama perkembangan anak usia sekolah dasar. Disini-lah mengapa pembelajaran tematik sebagai pendekatan baru dianggap penting untuk dikembangkan di sekolah dasar.
   
Terdapat beberapa karakteristik yang perlu dipahami dari pembelajaran tematik ini, yaitu:  
1. Berpusat pada siswa (student centered). Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Peran guru lebih banyak sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.  
2. Dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.  
3. Pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas, bahkan dalam pelaksanaan di kelas-kelas awal sekolah dasar, fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.  
4. Menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.  
5. Bersifat luwes (fleksibel), sebab guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu matapelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.  
6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Dengan demikian, siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
   
Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar memiliki beberapa kendala dalam pelaksanaannya, di antaranya: 
1. Kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan masih terpisah-pisah ke dalam mata pelajaran-mata pelajaran yang ada. Hal ini akan menyulitkan guru dalam mengembangkan program pembelajaran tematik. Di samping itu, tidak semua kompetensi dasar dapat dipadukan. 
2. Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik dibutuhkan sarana dan prasarana belajar yang memadai untuk mencapai kompetensi dasar secara optimal. Jika tidak, maka proses pelaksanaan pembelajaran tematik tidak akan berjalan dengan baik, dan hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai siswa.  
3. Belum semua guru sekolah dasar memahami konsep pembelajaran tematik ini secara utuh, bahkan ada kecenderungan yang menjadi kendala utama dalam pelaksanaannya yaitu sifat konservatif guru, dalam arti bahwa pada umumnya guru merasa senang dengan proses pembelajaran yang sudah biasa dilakukannya yaitu pembelajaran yang konvensional.
Landasan   
Landasan praktis diperlukan karena pada dasarnya guru harus melaksanakan pembelajaran tematik secara aplikatif di dalam kelas. Sehubungan dengan hal ini maka dalam pelaksanaannya pembelajaran tematik juga dilandasi landasan praktis sebagai berikut: 
1. Perkembangan ilmu pengetahuan begitu cepat sehingga terlalu banyak informasi yang harus dimuat dalam kurikulum. 
2. Hampir semua pelajaran di sekolah diberikan secara terpisah satu sama lain, padahal seharusnya saling terkait. 
3. Permasalahan yang muncul dalam pembelajaran sekarang ini cenderung lebih bersifat lintas mata pelajaran (interdisipliner) sehingga diperlukan usaha kolaboratif antara berbagai mata pelajaran untuk memecahkannya. 
4. Kesenjangan yang terjadi antara teori dan praktik dapat dipersempit dengan pembelajaran yang dirancang secara terpadu sehingga siswa akan mampu berpikir teoritis dan pada saat yang sama mampu berpikir praktis.
 
DAFTAR PUSTAKA
Fogarty, Robin. 1991. How to Integrated the Curricula. Palatine, Illionis: IRI/Skylight Publishing, Inc.
  
Marzano, Robert J. 1992. Dimensions of Thinking: A Framework for Curriculum andInstruction. ASCD. Alexandria:125 New Street.
   
Mathews, Louis De Vries dan Jean Crawford. 1989. Learning through an IntegratedCurriculum: Approach and Guidelines. Victoria: Ministry of Education.
   
Pappas, Christine C., Kiefer B.Z., dan Levistik L.S. 1995. An Integrated LanguagePersfective in the Elementary School. White Plans, New York: Longman Publisher.
   
Resmini, Novi, dkk. 1996. Penentuan Unit Tema dalam Pembelajaran Terpadu. IKIP Malang.
   
__ .2003. Implementasi Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar Kelas Rendah Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah dalam Pelatihan Manajemen Kelas dan Pembelajaran Terpadu bagi Guru PD, TK, dan Guru SDKelas Rendah di Lingkungan Yayasan Pendidikan Salman Alfarisi. Bandung.
   
Tim Pengembang PGSD. 1997. Pembelajaran Terpadu D-II dan S-II Pendidikan Dasar. Ditjen Dikti, Bagian Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekelah Dasar. Jakarta.

Pembelajaran Tematik Sekolah Dasar

Tematik, begitulah yang sering kita dengan saat menjumpai proses pembelajaran di kelas rendah sekolah dasar. Model pembelajaran tematik ini tampaknya belum jelas implementasinya, karena antara satu guru dengan guru yang lain memiliki perbedaan pandangan dan konsep. Seperti apa dan bagaimana sebenarnya tematik itu? dan bagaimana pula implementasinya, mari kita ulas bersama di sini.

Sebelum jauh membahasa mengenai tematik dan pembelajarannya, alangkah baiknya kita memahami terlebih dahulu tentang konsep pembelajaran terpadu berikut ;

Pembelajaran Terpadu


Cohen dan Manion (1992) dan Brand (1991), terdapat tiga kemungkinan variasi pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan pendidikan yang dilaksanakan dalam suasana pendidikan progresif yaitu kurikulum terpadu (integrated curriculum), hari terpadu (integrated day), dan pembelajaran terpadu (integrated learning).

Kurikulum terpadu (integrated curriculum) adalah kegiatan menata keterpaduan berbagai materi mata pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat atau boleh dikatakan tidak ada.

Hari terpadu (integrated day) berupa perancangan kegiatan siswa dari sesuatu kelas pada hari tertentu untuk mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan minat mereka.
Sedangkan pembelajaran terpadu (integrated learning) menunjuk pada kegiatan belajar yang terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya (center core / center of interest).

Prabowo (2000 : 2), pembelajaran terpadu adalah suatu proses pembelajaran dengan melibatkan / mengkaitkan berbagai bidang studi. Dan ada dua pengertian yang perlu dikemukakan untuk menghilangkan kerancuan dari pengertian pembelajaran terpadu di atas, yaitu konsep pembelajaran terpadu dan IPA terpadu.

Menurut Prabowo (2000:2), pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi. Pendekatan belajar mengajar seperti ini diharapkan akan dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak didik kita. Arti bermakna disini dikarenakan dalam pembelajaran terpadu diharapkan anak akan memperoleh pemahaman terhadap konsep-konsep yang mereka pelajari dengan melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.

Pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa ciri yaitu : berpusat pada anak (student centered), proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung, serta pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas. Disamping itu pembelajaran terpadu menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam satu proses pembelajaran. Kecuali mempunyai sifat luwes, pembelajaran terpadu juga memberikan hasil yang dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

Pembelajaran terpadu memiliki kelebihan (Depdikbud, 1996) sebagai berikut :
  1. Pengalaman dan kegiatan belajar anak relevan dengan tingkat perkembangannya.
  2. Kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
  3. Kegiatan belajar bermakna bagi anak, sehingga hasilnya dapat bertahan lama.
  4. Keterampilan berpikir anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu.
  5. Kegiatan belajar mengajar bersifat pragmatis sesuai dengan lingkungan anak.
  6. Keterampilan sosial anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu. (kerja sama, komunikasi, dan mau mendengarkan pendapat orang lain)
Beberapa manfaat yang dapat dipetik dengan pelaksanaan pembelajaran terpadu, antara lain: dengan menggabungkan berbagai mata pelajaran akan terjadi penghematan karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan.
Setelah membaca beberapa uraian mengenai pembelajaran terpadu di atas, diharapkan kita paham bahwa hierarki sebenarnya dari pembelajaran tematik berinduk pada pembelajaran terpadu. Jika kita berkenan untuk sejenak melakukan pengamatan di kelas tinggi sekolah dasar, pembelajaran terpadu ini juga diterapkan untuk beberapa mata pelajaran seperti Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Sehingga sudah menjadi kewajiban kita seorang guru atau calon guru sekolah dasar untuk memahami dan mampu mengimplementasikan pembelajaran terpadu yang dimaksud.
Pembahasan berikut akan lebih difokuskan pada pembelajaran tematik yang selayaknya diterapkan di kelas 1, 2 dan 3 sekolah dasar.

Pembelajaran Tematik 

 

Apa sih pembelajaran tematik itu?

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat  memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan.

Kenapa harus tematik? 
Beberapa alasan yang melatarbelakangi penerapan pembelajaran tematik di kelas rendah, diantaranya sebagai berikut ;
  • Peserta didik kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) sehingga pembelajarannya masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialaminya
  • Pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD  kelas I – III yang terpisah untuk setiap mata pelajaran, akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik
  • Terdapat permasalahan pada kelas awal (I-III) antara lain adalah tingginya angka mengulang kelas dan putus sekolah.
Mari sejenak kita lihat bagaimana anak usia sekolah dasar itu berkembang. Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut:
  1. Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak,
  2. Mulai berpikir secara operasional,
  3. Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda,
  4. Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat, dan
  5. Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.
Dengan memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu:

* Konkrit
Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.

* Integratif
Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian.

* Hierarkis
Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks.

Lalu, Apa tujuan pembelajaran tematik itu?
Menurut presentasi sosialisasi KTSP yang dilakukan oleh dinas terkait, berikut ini beberapa tujuan penerapan pembelajaran tematik;
  • Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang pembelajaran tematik.
  • Memberikan pemahaman kepada guru tentang pembelajaran tematik yang sesuai dengan perkembangan peserta didik kelas awal Sekolah Dasar.
  • Memberikan keterampilan kepada guru dalam menyusun perencanaan,  melaksanakan dan melakukan penilaian dalam pembelajaran tematik.
  • Memberikan wawasan, pengetahuan dan pemahaman bagi pihak terkait, sehingga diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap kelancaran pelaksanaan pembelajaran tematik.
Bagaimana dengan manfaat pembelajaran tematik itu?
Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari pembelajaran tematik seperti;
  1. Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan,
  2. Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan  tujuan akhir,
  3. Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah.
  4. Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat,

Untuk membedakan dengan model pembelajaran lain, seperti apa karakteristik pembelajaran tematik itu?
Karakteristik pembelajaran tematik itu sendiri meliputi;

1. Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

2. Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

3. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

4. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

5. Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
Oke sampai disini dulu pembahasan kita tentang pembelajaran terpadu dan tematik untuk sekolah dasar. Semoga sedikit apa yang telah saya tuliskan dan kutipkan di atas dapat bermanfaat bagi kita semua. Khususnya dunia pendidikan !

Seperti biasanya, jika kamu melihat ada kekurangan dalam tulisan kali ini, sudilah kiranya menambahkan melalui kolom tanggapan di bawah. Jika ada kelebihan, mohon untuk dikembalikan :-)
Referensi Bacaan & Sumber ;
1. http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/pengertian-pembelajaran-terpadu.html
2. http://jeperis.blogspot.com/2007/06/pembelajaran-tematik.html
3. Handout Sosialisasi KTSP, dapat diunduh disini.
 
Catatan yang juga dibaca pengunjung lain:
  1. Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) Dasar hukum penyelenggaraan SBI adalah UU no. 20/2003 (Sistem Pendidikan Nasional) pasal 50 ayat 3 yang berbunyi "Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional." Selain itu, dasar hukum pendukungnya antara lain...
  2. Education : Fungsi dan Tugas Guru #2 Pada tulisan terdahulu kita telah membahas beberapa fungsi dan tugas seorang guru. Bagi yang belum membacanya, silakan menuju Education : Fungsi dan Tugas Guru. Pada tulisan kali ini saya akan melanjutkan pembahasan kita yang sempat terputus karena keterbatasan tempat. Okelah kalau begitu, langsung saja kita belajar lagi yuk… ....
  3. 10 Kenyataan Kegagalan 1. Siswa membaca komik saat KBM berlangsung a. Kemungkinan penyebab • Siswa tidak suka pada pelajaran • Siswa tidak suka dengan guru yang sedang mengajar • Siswa tidak mood mengikuti pelajaran • Siswa merasa bosan dengan pelajaran • Suasana KBM terlalu santai • Guru hanya duduk di depan • Guru...
  4. Metode Pengajaran Unit Metode pengajaran unit amatlah sesuai dilihat dari pendekatan DAP karena melalui pengajaran ini keunikan atau keragaman dan berbagai tingkatan perkembangan peserta didik dapat diakomodasikan. Pengajaran bisa menjadi lebih terbuka dengan tersedianya berbagai kesempatan bagi si anak memiliki kegiatan belajar. Suatu pengajaran unit bisa menjadi ”harinya” bagi si anak. Pengajaran unit ......
                  
by http://id.ariperwira.com/2011/10/pembelajaran-tematik-sekolah-dasar.html                                                                                                                                                                          
 

Lorem ipsum

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Donec libero. Suspendisse bibendum. Cras id urna. Morbi tincidunt, orci ac convallis aliquam, lectus turpis varius lorem, eu posuere nunc justo tempus leo. Donec mattis, purus nec placerat bibendum, dui pede condimentum odio, ac blandit ante orci ut diam.