Pages

image

Capaian Prestasi SMP Negeri 6 Seluma Akademik dan Non Akademik

Dalam rangka pembinaan siswa, SMP Negeri 6 Seluma terus berpacu meningkatkan pembinaan dan pembelajaran seiring dengan kemajuan zaman ddan kecanggihan teknologi baik di b idang informasi maupun di bidang yang lainnya. Kondisi ini tentunya akan menginspiorasi guru-guru untuk menunjukkan eksistensi SMP Negeri 6 Seluma di mata publik baik di lingkungan Kabupaten Seluma maupun di Propinsi Bengkulu bahkan jika mungkin pada tingkat nasional.

Sebagai konsekuensi dari semua pembinaan dan pembelajaran yang telah dilakukan selama ini, SMP Negeri 6 Seluma telah mampu menunjukkan jati dirinya sebagai lembaga pendidikan yang mengembangkan potensi siswa baik kemampuan di bidang akademik maupun di bidang akademik. Sebagai contoh pada hasil ujian nasional 2010 yang lalu SMP Negeri 6 Seluma telah berhasil mengantarkan seluruh siswa untuk mencapai predikat LULUS UN 2010 dengan hasil yang kompetitif. Selain dari padA itu capaian lain yang telah diraih oleh SMP Negeri 6 Seluma adalah berhasilnya mengikutsertakan siswa untuk mewakili Kabupaten Seluma dalam kegiatan seleksi O2SN, FLS2SN ke tingkat propinsi Bengkulu.

Tinjauan dari sisi pelayanan yang mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan seperti yang diamanatkan oleh PP No. 19 Tahun 2005 SMP Negeri 6 Seluma telah dilakukan visitasi oleh Assesor dari Badan Akreditasi Propinsi (BAP) dengan nilai "A".

Lebih lanjut torehan prestasi yang diraih oleh SMP Negeri 6 Seluma adalah dengan ditetapkannya SMP Negeri 6 Seluma Sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN). Berdasarkan hasil verifikasi dari sejumlah 825 SMP Se-Indonesia maka terdapat 520 SMP Negeri dan swasta yang terjaring oleh Ditjen Kelembagaan Pendidikan Dasar dan menengah Kementerian Pendidikan Nasional Jakarta. Prestasi ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan di SMP Negeri 6 Seluma telah memenuhi dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan Pemerintah. 

Agenda MKKS SMP-MTs Kab. Seluma

Try Out Ujian Nasional untuk tingkat SMP dan MTs se-Kabupaten Seluma direncanakan akan dilaksankana sebanyak dua kali pada tanggal 7 da 8 Pebroari 2011 dan tanggal 9 dan 10 Maret 2011. Try Out ini akan bekerja sama dengan Bimbingan belajar Prigama Cabang Bengkulu. Semoga sukses untuk Kabupaten Seluma

Pesan kami untuk guru SMP Negeri 6 Seluma

Jalankan tugas dan pengabdian saudara sesuai dengan TUPOKSI sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dan peraturan pemerintah No. 74 tahun 2008 tentang guru. Semoga pengabdian sudara menjadi amal ibadah

Awal Semester Ganjil T.P 2011-2012

Hari Senin tanggal 9 Januari 2012 maerupakan hari pertama masuk sekolah, kegiatan ini ditandai dengan pelaksanaan upacara bendera yang diikuti oleh semua siswa dan semua guru serta staf tata usaha. dalam suasana baru di rahun yang baru ini (2012) semoga menjadi tahun yang memberikan pengharapan yang baik bagi kami warga SMP Negeri 6 Seluma

Ujian Nasional (UN); Siswa Tertekan, Guru dan Sekolah Ikutan Tertekan

UN, UNAS (atau apalah namanya) sepertinya cukup menjadi momok atau sesuatu yang menakutkan bagi para siswa atau pelajar, terutama kelas akhir. Ketakutan yang paling dirasa, katanya, adalah takut tidak lulus. Takut tidak bisa melanjutkan dan harus mengulang. 

Mungkin juga masih banyak ‘ketakutan’ lainnya. Saya sendiri nggak tahu secara pasti, karena seingat saya dulu waktu masa saya sekolah, UN, UNAS, EBTANAS, dll saya anggap biasa-biasa aja.

Paling tidak itu yang saya rasakan. Yang jelas kami dulu emang belajar lebih rajin, bahkan dulu kami ‘dikarantina’ (hehehe..nggak seseram itulah tentunya) selama kira-kira sebulan sebelum menghadapi EBTANAS/UN itu. 

Tapi semua relatif berjalan seperti biasa, kami tidak merasa terbebani dan memang saat itu sekolah, guru-guru kami tercinta juga nggak ‘nakut-nakutin’ kami. Para beliau lebih kepada mengawasi kami dan memastikan bahwa kami memang belajar. Nggak pernah kami ‘ditakut-takutin’ masalah ketidaklulusan. Alhasil,…alhamdulillah puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, kami baik-baik saja (kayak lagu aja yach…). Meski kami sekolah di sebuah sekolah swasta dan di desa, bukan alasan buat kami untuk minder. Sampai sekarang pun saya tidak pernah merasa minder dan terbebani waktu dulu harus menghadapi UN,UNAS, atau EBTANAS.

Mengikuti berita-berita tentang UN (Ujian Nasib-nasiban, kata salah satu senior saya, hihihihi..), terus terang saya campur aduk mikirnya. Dari sisi para siswa, sepertinya memang mereka berada pada posisi tertekan. Sampai-sampai ada yang pingsan saat mengerjakan. Ada pula yang histeris. Wach wachhhh…segitunya yach. Awal-awalnya sih saya berpikir cuma para siswa yang tertekan. Ternyata tidak. Para guru dan pihak sekolah ternyata ikut-ikutan tertekan!!!! Ah masak iya? Silahkan aja dicek sendiri.

Ternyata tidak sedikit dari para guru dan pihak sekolah secara umum yang juga tertekan, khawatir kalau-kalau anak didiknya banyak yang nggak lulus. Atau tingkat kelulusannya sangat minim. Kenapa bisa begitu ya? Paling tidak itu akan berimbas pada nama baik guru dan sekolah tersebut. Cap ‘jelek’, mau tidak mau bakal ada tertancap di sana jika angka kelulusan para siswanya jelek. Bener nggak? Imbasnya, sekolah itu nggak akan ‘laku’ lagi di mata masyarakat. 

Bahkan bisa jadi bantuan- bantuan dari pihak dinas terkait semacam diknas dan pemkab setempat tidak akan lagi bisa diterima seperti biasa. Silahkan dech diteliti alasan-alasan kekhawatiran (ketakutan?) lainnya. Tentu banyak dari Anda yang jauh lebih tahu dari saya.

Trus, emang kenapa kalau sekolah atau pihak terkait merasa’tertekan’? Nah, ini dia yang sebenarnya lebih menarik buat saya. Orang yang tertekan cenderung akan melakukan tekanan lain pada orang lain sebagai pelampiasan. Bayangkan jika pihak sekolah yang tertekan, maka para siswanya lah yang bakal kena imbas ‘tekanan’ itu.

Beragam bentuknya tentu saja. Guru secara perseorangan (kalo tidak mau disebut sekolah secara umumnya) bisa jadi berpikir tidak jernih lagi supaya anak didiknya lulus. Caranya? Beragam caranya, tentu saja. Namun yang pasti itu bermuara pada; KETIDAKJUJURAN. Misal, nyontek. Anak-anak dibiarin aja nyontek. Pura-pura aja nggak tahu si pengawas. Ah masak ada? Hahahahaha..banyaakkkkkk. Apalagi caranya? Kasih aja jawabannya, beres. Trus apalagi? 

Katakanlah siswa tidak nyontek dikelas, dan gurupun tidak memberi jawaban di kelas, tapi…..pernah kah Anda mendengar ada sekolah yang memang ‘membentuk’ tim khusus untuk mengubah beberapa jawaban di Lembar Jawaban siswanya sebelum diserahkan ke pihak di luar sekolah (dinas pendidikan umpamanya)? Biar saja Lembar Soal dan Jawaban itu sebelumnya ‘diJAGA KETAT’ di kantor polisi selama 24 jam, biar saja dijaga sama densus 88 dan tank anti peluru (hehehehhe…lebay dah). Ah masa ada? Hahahahaha…terlalu naif kalo saya bilang tidak ada dan Anda tidak percaya. Mohon maaf, saya tidak menyamaratakan semua, tentu saja itu kasuistis, meski kalo diteliti lebih lanjut bisa jadi jumlahnya tidak sedikit.

Jadi, apa poin saya dari ngoceh ngalor ngidul tadi? Ada beberapa hal yang saya garis bawahi;
1. Alangkah baiknya kalo para siswa tidak digiring pada kondisi takut, khawatir, tertekan, dsb. Jadikan belajar dan ujian sesuatu yang biasa-biasa aja dan menyenangkan. Dalam hidup pasti ditemui. Yang penting persiapan jauh-jauh hari sebelumnya.
2. Mari perbaiki ‘Mental’ kita semua. Tidak akan banyak berguna segala macam cara ‘menyelamatkan’ soal ujian, jika memang mental kita semua adalah mental nyontek, mental menghalalkan segala macam cara.
3. Bagi para pengambil kebijakan pendidikan, saya lebih percaya materi Life Skill aplikatif lebih bermanfaat daripada hanya ilmu teori formal. Dalam dunia kerja, sangat sering kita tidak bekerja sesuai dengan bidang formal kita.

Tentu saja para Brader ‘n Sista mempunyai poin-poin lain yang lebih tajam dan tidak sempat terpikir oleh saya. Silahkan berbagi demi masa depan Negeri kita tercinta. Mohon maaf jika ada yang tidak berkenan. Masih banyak yang harus saya pribadi pelajari dari para Brader ‘n Sista.

Anyhow…Good Luck, adik-adik siswa/pelajar. Tetap semangat yach belajarnya. Semoga sukses…amiinnn
Popularity: 12% [?]

CAE, Lembaga Pelatihan Bagi Guru Untuk Anak Berkebutuhan Khusus

College of Allied Educators (Subsidiary of Linguistic Council) adalah sebuah lembaga pendidikan dan pelatihan yang memberikan kursus pelatihan kepada para orang tua, guru-guru dan pemerhati untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus dalam mendidik dan membantu anak berkebutuhan khusus.

College of Allied Educators (Subsidiary of Linguistic Council) adalah sebuah organisasi yang terdaftar di Departemen Pendidikan Nasional (Ministry Of Education) Singapura, Malaysia dan Indonesia. Ribuan orang tua dari anak-anak mulai usia 3-12 tahun mendapatkan manfaat dari program unik kami yang diberikan oleh dosen-dosen praktisi kami yang terdidik dan terlatih secara professional.

Para psikolog klinis, terapis wicara dan dosen-dosen praktisi di College of Allied Educators (Subsidiary of Linguistic Council) yang handal dan berkualitas, mereka melakukan pelatihan tentang bagaimana mengajar dan membantu anak-anak dengan kebutuhan khusus seperti anak autis atau penderita autis

Program Special Needs Management atau Learning Disorder Management adalah program yang dirancang untuk para pendidik (orang tua dan guru) dalam menghadapi pelbagai gangguan perkembangan pada anak.  Modul yang diberikan meliputi cara mengidentifikasi gejala dan karakteristik gangguan perkembangan anak, serta pengenalan teknik dan strategi intervensi dini dalam menangani gangguan tersebut.

Materi dari modul Special Needs Management ini meliputi : Identifikasi gejala dan karakteristik dari Autisma (Autism Spectrum Disorder) atau Autis meliputi penanganan-penanganan :
  • Disleksia (Dyslexia)
  • Dispraksia (Dyspraxia)
  • Strategi intervensi dini :
  • Applied Behavioural Analysis
  • Picture Exchange Communication System
College of Allied Educators Indonesia membuka layanan bagi orang tua yang kesulitan dalam menghadapi pola perilaku anak dan remaja (di bawah 16 tahun).  Dalam menghadapi anak-anak dan remaja yang sulit ditangani, College of Allied Educators Indonesia memiliki kerangka kerja yang komprehensif yang dapat membantu para orang tua untuk mengidentifikasi dan memahami akar persoalan. 

Lalu bersama orang tua, kami akan menyusun program intervensi yang praktikal dan fleksibel, tergantung kebutuhan dan keadaan individu anak terkait, untuk menata perilaku menjadi lebih baik.

Menjadi Guru Kreatif

Menjadi guru kreatif ternyata tidak mudah. Perlu perjuangan dan pengorbanan. Bahkan mungkin anda akan mengalami sebuah penderitaan dahulu yang akan membawa anda kepada puncak kebahagiaan dan ketenaran. 
Saya banyak belajar dari Prof. Dr. Arief Rachman, bapak sekaligus guru saya di sekolah Labschool. Beliau adalah tokoh pendidkan dan contoh guru kreatif yang ada di Indonesia. Dari tangan beliaulah lahir tenaga-tenaga pendidik seperti saya yang berusaha keras untuk menjadi guru kreatif.

Guru kreatif tidak pernah puas dengan apa yang ada pada dirinya. Dia terus belajar dan belajar sampai ajal menjemputnya. Baginya, menemukan sesuatu yang baru dalam pembelajaran adalah sesuatu hal yang harus dicari dan kemudian dibagikan kepada teman-teman guru lainnya. 

Tak mudah memang, tapi disinilah tantangannya bila kita mau terus instropeksi diri dalam pembelajaran yang kita lakukan di sekolah. Berusaha terus-menerus memperbaiki kinerjanya sebagai guru dengan terus melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajarannya.Saya teringat pesan pak Arif bila anda ingin menjadi guru yang kreatif, maka anda harus berhenti untuk menjadi guru pengeluh. Berusahalah semaksimal mungkin memberdayakan apa yang dimiliki sekolah untuk anda gunakan dalam menunjang pembelajaran anda.  

Bila kemudian anda menemukan alat bantu atau media pembelajaran yang membantu anda menyampaikan materi ke otak siswa dengan cepat, maka harus anda buktikan media itu dengan terlebih dahulu dengan melakukan PTK.

Dengan melakukan PTK anda akan menjadi guru yang kreatif. Di dalam PTK itulah akan anda dapatkan refleksi diri yang anda lakukan melalui siklus-siklus yang anda lakukan sendiri sampai anda merasa yakin bahwa yang anda lakukan telah berhasil. Penelitian kualitatif cenderung berbasis kata, misalnya hasil wawancara, sedangkan penelitian kuantitatif cenderung berbasis angka misalnya skor uji. Anda dapat pelajari hal itu dengan membaca buku Action Research di ruang Kelas karya Vivienne Baumfield, dkk. Buku ini dapat anda dapatkan dengan mudah di toko buku Gramedia atau bisa juga anda pesan langsung ke penerbit Indeks.
Action Research di ruang kelas atau PTK merupakan panduan penting untuk semua guru kreatif yang tertarik melakukan riset di dalam ruang kelas. Penulisnya memberikan gambaran pendekatan yang mudah diikuti sehingga dapat membantu guru meningkatkan praktik profesional mereka dan mengevaluasi kebutuhan murid di sekolah. Terdapat banyak kiat praktis dan contoh proyek riset tindakan nyata dari berbagai tipe sekolah yang menjadikan PTK sebagai buku wajib bagi guru dan mahasiswa keguruan.

Menjadi guru kreatif harus mampu meneliti. Meneliti di kelasnya sendiri sehingga kualitas pembelajarannya semakin berkualitas. Banyak masalah yang bisa anda teliti, banyak masalah yang harus dicari segera solusinya. Melalui PTK anda akan mendapatkan rahasia-rahasia baru dalam khasanah ilmu pendidikan yang dapat anda kembangkan menjadi sesuatu yang berarti dalam kegiatan pembelajaran. 

Setiap kegiatan yang anda lakukan harus dicatat dan diamati benar bersama teman sejawat sehingga apa yang anda lakukan dalam PTK benar-benar solusi baru dalam pembelajaran di sekolah yang berujung kepada peningkatan mutu pendidikan.

Jangan biarkan diri anda menjadi guru pengeluh dan terus mengeluh karena anda tidak kreatif. Mari ciptakan khasanah ilmu pengetahuan baru dengan menjadi guru kreatif. Kalau bukan kita sendiri yang menjadi guru kreatif, lalu siapa lagi?

Salam Blogger Kompasiana
 

Lorem ipsum

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Donec libero. Suspendisse bibendum. Cras id urna. Morbi tincidunt, orci ac convallis aliquam, lectus turpis varius lorem, eu posuere nunc justo tempus leo. Donec mattis, purus nec placerat bibendum, dui pede condimentum odio, ac blandit ante orci ut diam.